Tuesday, March 1, 2016

Tips Membedakan Converse Original dan Fake

Sebelum membedakan membahas converse ori dan fake, kita lihat dulu detail converse edisi terbaru:

Semakin populer sebuah produk, maka semakin totalitas pula seonggok pembajak dalam membajak produk tersebut. Oleh karena itu, Converse selalu meng-update detail produk mereka atau memperbaharui ciri khas produknya dengan maksud mempersulit gerakan pembajak dalam melakukan pembajakan terhadap produk Converse.

Berikut inilah detail terbaru pada produk Converse All Star:

1. Terdapat barcode pada disain tag size:
tidak ada barcode pada disain sebelumnya
2. Terdapat tulisan “Converse” pada heel patch

Pada disain sebelumnya, heel patch hanya bertuliskan “All Star” dan logo bintang di antara kata “All” dan “Star” saja
3. Terdapat kata “Converse” pada logo dibagian lidah bagian luar sepatu

Sama seperti disain heel patch, sebelumnya hanya bertuliskan “All Star” dan logo bintang saja.

Selanjutnya kita mulai Tips Membedakan Converse Original (edisi lama) dan Fake:

Converse Fake yang beredar di Indonesia biasanya adalah model CT Basic/Classic. Apalagi sekarang ini geng, banyak banget seller-seller nakal yang jual Fake tapi ngakunya jual Ori. Waduh! Kan sayang juga kalo kita ketipu, udah ngeluarin uang ratusan ribu, eh dapetnya Fake juga!
Okew!. Namun ini hanya secara garis besarnya saja.
Yang paling sangat mendasar dari untuk melihat antara Fake dan Ori ada 3 aspek. Yaitu dari Tag, Insole dan Heel Patch.
1. Insole
Converse yang ori begini penampakan Insolenya:
Pokoknya kalo insole Converse CT Bassic/Classic ga kaya gambar di atas, udah di pastikan itu Fake atau palsu.begini deh contoh insole yang Fake:
Jelek banget kan, dan ga rapih!

2. Heel Patch
Heel Patch tu logo/tulisan Converse All Star yang ada di bagian belakang sepatu. Kalo yang original itu gambarnya penuh alias ngga cacat. Begini deh penampakannya yang ori:



Kalo yang Fake itu pasti heel patchnya ada yang cacat. Alias ngga penuh. Begini deh contohnya:




3. Tag Size
Pada tag size Converse emang agak rumit, ngga kaya Vans. Langsung aja deh, begini penampakan kalo yang Ori:


Gambar di atas adalah contoh Converse made in Indonesia. Kode pabriknya 6x. Oia, Converse itu sama kaya Vans juga loh, punya kode produksi yang menandakan dimana Converse itu di buat.
Indonesia mempunya dua pabrik, di Tangerang yang berkode 6x, dan di Sukabumi mempunyai kode 6y. Cari deh gambar di atas yang ada tulisan 6x-nya.
Dan tidak hanya di Indonesia, untuk pabrik Converse di Asia ada di China dan Vietnam. Untuk kode China ada 7B, 7D & 8E. Dan Converse dari Vietnam mempunyai kode: 9D, 9K & 9Z.
Coba kalian perhatikan angka GYS1D4R400653 dan M64NDCPC00620. Itu sepasang sepatu, yang Original justru berbeda, kalo sama berati Fake gan!

Buat contoh tag size yang Fake kaya begini nih:


Liat deh, kanan sama kiri kodenya sama. Lalu pengukurannya juga ngawur banget. Pakenya MM. Bandingin deh sama gambar tag size yang Ori, pasti agan bakal banyak nemu kejanggalan!
namun untuk bagian tag size dan heel patch, pabrik Converse di Indonesia sudah mengeluarkan model baru, mungkin biar semakin susah di replika kali ya! hehe. Tapi untuk model tag size dan heel patch yang baru belum beredar secara resmi di Legal Market. (if you know what i mean).
Nanti deh kalo udah beredar akan kami share juga ya :D
Jadi begitulah ciri-ciri Converse Ori dan Fake, di atas cuma garis besarnya saja. Dan di atas hanya mengerucut pada garis besar saja, karena di Indonesia memang yang banyak terjadi penipuan kebanyakan ber-model CT Bassic/Classic.
Buat teman-teman yang ingin membeli secara Online, lebih baik lebih berhati hati jika mau membeli model tersebut. Pastikan seller mau memberi jaminan Original. Kalo seller meragukan, tinggalin aja bray! cari ke seller yang udah recommended aja hehe.
Sekian tips dari kami, semoga bermanfaat untuk teman-teman yang membaca.

Terimakasih!


Thursday, February 5, 2015

Tom DeLonge Resmi Keluar Dari Blink-182


blink
Kabar tak sedap datang dari Blink-182  grup musik pop punk asal Amerika Serikat yang beranggotakan trio Mark Hoppus, Tom DeLonge, dan Travis Barker.
CBS Radio melaporkan bahwa Tom DeLonge telah keluar dari Blink-182.
Matt Skiba dari Alkaline Trio akan bergabung Blink-182 dalam penggantian Tom DeLonge di Musink Musik dan Tattoo festival tahunan yang ke-8. “Kami siap untuk bermain di festival ini dan merekam album baru tapi Tom terus menundanya tanpa alasan. Seminggu sebelum kami dijadwalkan untuk pergi ke studio kami mendapat email dari manajer yang menjelaskan bahwa dia tidak ingin berpartisipasi dalam proyek album Blink-182 tanpa batas waktu, dia lebih suka bekerja pada usaha yang lain non-musik. “Travis Barker dan Mark Hoppus berencana untuk menghormati semua fans Blink-182  termasuk komitmen bermain di Festival Musink dan sangat bersemangat memiliki gitaris/vokal seperti Matt Skiba yang bergabung dengan mereka untuk proyek ini. “Tidak ada dendam, tapi show must go on untuk fans kami.” Selain itu, Skiba akan terus membuat musik baru dan tur dengan Alkaline Trio.
Berita ini datang dari band yan mengumumkan bahwa mereka akan melakukan kolaborasi dengan Matt Skiba di Musink Festival tahun ini.
Pada bulan November, DeLonge mengungkapkan dalam sebuah wawancara bahwa band ini telah menemukan “mitra” dengan catatan, bahwa mereka akan “berjalan cukup keras” setelah liburan.

Monday, January 12, 2015

Memohonlah bukan hanya di beri kemudahan, tapi memohn agar di beri kekuatan. 

#keepfighting 

Thursday, January 1, 2015

MACBETH FOOTWEAR

Daniel Yopy Suteja Produk Berkelas
SEPATU merek Macbeth kini menjadi idola komunitas band dan kaum remaja di Bali. Produk yang cukup berkelas dan diproduksi melalui riset untuk menunjang penampilan anak band saat manggung tersebut sengaja diimpor langsung dari Amerika Serikat (AS).
Hal itu diungkapkan Daniel Yopy Suteja yang menjabat sebagai Sales and Marketing Manager Macbeth Indonesia.
‘’Kami saat ini tidak hanya memproduksi sepatu khusus anak band, tetapi telah merambah ke extreme sport yang menyasar kaum remaja,” ujar pria asal Jakarta ini.
Lanjut pria yang kedua lengannya penuh tato ini, potensi pasar sepatu di Indonesia umumnya dan di Bali khususnya dinilai luar biasa. Oleh karena itu, peluang tersebut dimanfaatkan produsen sepatu AS ini untuk gencar menggelontor produknya ke tanah air.
‘’Selama ini nama Indonesia sudah dikenal sebagai penjahit sepatu yang berkualitas. Maka dari itu, produk sepatu kami ini sudah diproduksi atau dirakit di Indonesia,'' ungkap pria ramah ini.
Lanjut Yopy panggilan akrabnya, kendati produknya ini diproduksi di Indonesia, namun bahan bakunya tetap didatangkan langsung dari Amerika. ‘'100 persen bahan baku sepatu ini masih impor.
Mengingat, perusahaan kami ingin tetap menjaga kualitas produk, sehingga harga sepatu sport ini tergolong cukup mahal, yakni Rp 400 ribuan per pasang,'' jelasnya.
Kendati tergolong cukup mahal, namun produknya ini cukup laku di pasaran, terutama diminati oleh komunitas band, serta kaum pelajar dan mahasiswa.
Pihaknya sengaja mendesain model sepatu sport ini, agar nyaman dan kuat digunakan untuk para pelajar berolah raga.
Mengingat, para pelajar cenderung lebih agresif saat berolah raga. Mereka tentunya cenderung membutuhkan sepatu sport untuk berolah raga dengan bahan yang kuat dan nyaman.
Sepatu Macbeth ini, kata Yopy, tidak menggunakan kulit binatang. Bahan bakunya adalah sintetis, atau biasa disebut sepatu vegan. Label M yang menjadi kekhasan sepatu tersebut menjadi daya tarik bagi para remaja.
Sepatu sport ini ditampilkan dengan variasi warna seperti hitam, putih, merah dan warna lainnya. *aya

Tuesday, December 2, 2014

MAKALAH PENENTUAN HARGA POKOK PRODUK BERSAMA DAN PRODUK SAMPINGAN
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Akuntansi Biaya



Di susun oleh:
Ahmad Dwi Amrullah
Enggar Bagus Panuntun
Eviana Warella
Rhagita Jayanti
Risantika Rismaya

Fakultas Ilmu Teknologi dan Bisnis
UNIVERSITAS TEKNOLOGI YOGYAKARTA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1        Latar Belakang

Kegiatan produksi merupakan kegiatan pokok suatu perusahaan manufaktur. Kegiatan produsi bertujuan untuk menghasilkan suatu produk yang dibutuhkan oleh konsumen sehingga memberi kontribusi berupa pendapatan atas penjualan produk hasil produksi tersebut bagi perusahaan. Dalam kegiatan produksi akan terjadi tahap pengolahan dalam proses hingga bahan baku dapat didefinisikan secara spesifik kepada produk akhir atau disebut titik pisah (split of point). Penentuan harga pokok  produk bersama dan produk sampingan tidak memerlukan metode penggolongan dan biaya secara spesifik. Proses produksi yang dilakukan secara bersama-sama akan menimbulkan biaya bersama serta produk bersama. Untuk menghitung harga pokok masing-masing produk yang dhasilkan diperlukan metode untuk memisahkan harga pokok masing-masing produk
.

1.2    Rumusan Masalah

Adapun pokok permasalahan yang akan dibahas lebih lanjut dalam paper ini yaitu sesuai dengam latar belakang diatas bahwa topik pembahasan adalah metode apa yang digunakan dalam menghitung masing-masing produk yang dihasilkan dalam proses produksi bersama. Secara khusus pokok permasalahan dalam paper ini adalah metode apa yang digunakan untuk menghitung harga pokok produksi  Bersama dan Produk Sampingan dan bagaimana akuntansi ataupun perhitungan untuk produk bersama dan sampingan?



1.3       Tujuan

Adapun tujuan yang ingin didapatkan melalui penulisan paper ini adalah :
a.       Mengetahui pengertian dari produk Bersama dan Produk Sampingan
b.      Mengetahui dan memahami metode yang digunakan dalam penghitungan harga pokok   produksi  Bersama dan Produk Sampingan.
c.       Serta untuk mengetahui cara perhitungannya.

















BAB II
PEMBAHASAN


1.  DEFINISI  BIAYA  BERSAMA
Biaya bersama dapat diartikan sebagai biaya overhead bersama (joint overhead cost) yang harusdialokasikan ke berbagai departemen, baik dalam kegiatan produksinya berdasarkan pesananmaupun yang kegiatan produksinya dilakukan secara massa. Biaya produk bersama (joint product cost) adalah biaya yang dikeluarkan sejak saat mula-mulabahan baku diolah sampai dengan saat berbagai macam produk dapat dipisahkan identitasnya. Biayaproduk bersama ini terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik.Penertian pertama biaya bersama tersebut di atas disebut biaya bergabung (common cost),sedangkan penertian kedua disebut biaya bersama . Biaya bergabung adalah biaya- biaya untuk memproduksi dua atau lebih produk yang terpisah (tidak diolah bersama) dengan fasilitas sama pada saat yang bersamaan. Biaya bergabung dan biaya bersama mempunyai satu perbedaan pokok yaitu bahwa biaya bergabung dapat diikuti jejak alirannya ke berbagai produk yang terpisah tersebutatas dasra sebab akibat, atau dengan cara menulusuri jejek penggunaan fasilitas. Biaya bergabung tidak meliputi biaya-biaya bahan baku, biaya tenaga kerja lansung.
Di lain pihak biaya bersama tidakdapat diikuti jejek alirannya ke berbagai macam produk yang dihasilkan dan meliputi biaya-biayabahan baku, biaya tenaga kerja lansung,dan overhead pabrik.Biaya bersama dikeluarkan untuk mengolah bahan baku menjadi berbagai macam produk ynagdapat berupa produk bersama, produk sampingan dan produk sekutu. Produk bersama adalah duaproduk atau lebih yang diproduksi secara serentak dengan serangkaian proses atau dengan proses gabungan. Nilai jual (kuantitas kali harga jual per satuan ) masing-masing produk bersama ini relatif sama, sehingga tidak ada di antara produk-produk yang dihasilkan tersebut dianggap sebagai produk utama ataupun produk sampingan. Produk sampingan adalah satu produk atau lebih yang nilai jualnya lebih tinggi. Pada umumnya pembedaan produk sampinagn dan bersama didasarkan padanilai jual produk-produk yang dihasilkan relatif sama atau setidak-tidaknya material jumlahnya biladibandingakan dengan seluruh pendapatan perusahaan maka produk-produk tersebut merupakanproduk bersama.Produk sekutu adalah dua dari kegiatan atau lebih yang diproduksi pada waktu yang bersamaan, tetapi tidak dari kegiatan pengolahan yang sama atau bahan baku yang sama.


2. Karakteristik Produk bersama, Produk Sampingan dan Produk Sekutu:

Produk Bersama (Joint product)
Beberapa produk yang dihasilkan dari suatu rangkaian proses produksi secara  serentak dengan menggunakan BBB, BTK dan BOP yang sama yang tidak dapat dilacak atau dipisahkan pada setiap produk dan mempunyai nilai jual atau kuantitas produk relatif sama
•         Produk bersama merupakan tujuan utama kegiatan produksi.
•         Harga jual produk bersama relatif tinggi bila di bandingkan dengan produk sampingan yang dihasilkan pada saat yang sama.
•         Dalam mengelola produk bersama tertentu, produsen tidak dapat menghindari diri untuk menghasilkan semua jenis produk bersama, jika ingin memproduksi hanya salah satu diantara produk bersama tersebut.

Karakteristik Produk Sampingan:
Produk sampingan (By Product)
Suatu produk atau lebih yang nilai jualnya relatif lebih rendah, yang di produksi bersama dengan produk lainnya yang nilai jualnya jauh lebih tinggi.
Produk sampingan dapat di golongkan sesuai dengan dapat tidaknya produk tersebut di jual pada saat terpisah dari produk utama (main product)
·         Produk sampingan yang dapat dijual setelah terpisah dari produk utama, tanpa memerlukan pengolahan lebih lanjut.
·         Produk sampingan yang memerlukan pengolahan lebih lanjut setelah terpisah dari produk utama.

Produk Sekutu (co-product)
Dua produk atau lebih yang diproduksi pada waktu yang bersamaan tetapi tidak dari kegiatan pengolahan yang sama atau tidak berasal dari BB yang sama. (Sawmill/penggergajian kayu)


3 .  AKUNTANSI  PRODUK BERSAMA ( JOINT PRODUCT)
Perusahaan yang menghasilkan produk bersama pada umumnya menghadapi masalah pemasaran berbagai macam produknya, karena masing-masing produk mempunyai masalah pemasaran dan harga jual yang berbeda. Manajemen biasanya ingin mengetahui kontribusi masing-masing produk pada pendapatan perusahan. Oleh karena itu, perlu diketahui secara teliti biaya yang dibebankan pada masing-masing produk sebagai dasar perhitungan harga pokok setiap produk.
Biaya produk bersama dialokasikan ke setiap produk bersama menggunakan metode nilai pasar, rata-rata biaya per satuan, rata-rata tertimbang dan unit kuantitatif.
A.    Metode Nilai Pasar / Nilai Jual Relatif
Metode ini adalah metode yang sangat populer karena dengan argumennya bahwa harga produk merupakan manifestasi dari biaya produksinya. Metode ini mengasumsikan bahwa setiap produk yang dihasilkan dalam proses produksi bersama memilki nilai jual atau nilai pasar yang berbeda. Perbedaan nilai pasar disebabkan tingkat pemakaian biaya yang berbeda.
Terdapat dua metode dalam metode nilai jual relatif, yaitu:
1.     Metode nilai pasar saat split-off point
Metode ini digunakan ketika setelah split-off  point tidak ada proses produksi lanjutan dan harga jual sudah diketahui pada saat itu. Biaya bersama (joint cost) dialokasikan ke masing-masing produk sesuai dengan perbandingan nilai jualnya terhadap nilai jual keseluruhan produk bersama.
Contoh :
PT “ABC” memproduksi 3 macam produk yaitu alfa, beta dan gamma. Biaya bersama yang dikeluarkan selama satu periode adalah sebsar Rp 20.000.000,00. Jumlah produksi dan harga jual masing-masing produk tertera pada table berikut:

Produk
Jumlah unit
Harga unit
Alfa
5.000
Rp 1000
Beta
10.000
Rp 1500
Gamma
7.000
Rp 1300






Penyelesaian :

Produk
Jumlah unit
Harga unit
Nilai jual
Rasio
Alokasi
HPP/ unit
Alfa
5.000
1000
5.000.000
22,62%
4.524.000
904,8
Beta
10.000
800
8.000.000
36,20%
7.240.000
724
Gamma
7.000
1300
9.100.000
41,18%
8.236.000
1.176,5
Jumlah
22.100.000
100%
20.000.000

2.     Metode nilai jual hipotesis

Apabila suatu produk tidak bisa dijual pada saat titik pisah, maka harga tidak dapat diketahui pada saat titik pisah. Produk tersebut memerlukan proses tambahan sehingga harga jual tidak dapat dikethui sebelum dijual (setelah titk pisah). Dasar yang dapat digunakan dalam mengalokasikan biaya bersama adalah harga pasar hipotesis.
Harga pasar hipotesis adalah nilai jual suatu produk setelah diproses lebih lanjut dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan untuk memproses lanjutan setelah pemisahan.

Contoh :
Dengan menggunakan data perusahaan PT. ABC pada contoh soal metode nilai pasar, diketahui biaya proses lanjutan masing-masing produk adalah sebagai berikut:

Keterangan
Produk Alfa
Produk Beta
Produk Gamma
Unit Produksi
5.000
10.000
7.000
Harga Jual/unit
Rp1.000
Rp 800
Rp1.300
Biaya Proses lanjutan/unit
Rp400
Rp 300
Rp500




Produk bersama
Hrg jual/ kg
Biaya Tmbhan
Nilai jualHipotesis*
Jmlh Prduk
Nilai jual
Rasio
Alokasi ** (20.000.000)
HPP /kg
Alfa
1.000
400
600
5.000
3.000.000
22,06%
4.412.000
Beta
800
300
500
10.000
5.000.000
36,76%
7.352.000
735,2
Gamma
1.300
500
800
7.000
5.600.000
41,18%
8.236.000
1.176,6
13.600.000
100%
20.000.000

*(Harga jual – biaya tambahan)
**(rasio x 20.000.000)


B.     Metode rata-rata biaya per satuan
Metode ini berupaya untuk mendistribusikan total biaya produksi gabungan ke berbagai produk atas dasar biaya per unit dan  Penentuan biaya untuk setiap produk dihitung sesuai dengan proporsi kuantitas masing-masing produk yang dihasilkan.
Contoh :
Suatu perusahaan menghabiskan biaya Rp 2.000.000 untuk memproduksi 1000 liter produk dari minyak mentah. Rata-rata biaya produksi per unit adalah Rp 2.000 (Rp 2.000.000/1000)

Produk
Kuantitas
Rata-rata biaya per satuan
Alokasi biaya bersama
Bensin
350
Rp 2.000
Rp 700.000
Pelumas
250
Rp 2.000
Rp 500.000
Minyak Tanah
300
Rp 2.000
Rp 600.000
Solar
100
Rp 2.000
Rp 200.000
Jumlah
1000
Rp 2.000.000


C.      Metode rata-rata tertimbang
Metode yang menggunakan bobot sebagai presentasi dari ukuran besarnya unit, kesulitan pembuatan, waktu yang dibutuhkan dan sebagainya sebagai dasar untuk mengalokasikan biaya bersama. Penentuan alokasi biaya bersama pada setiap produk didasarkan atas perkalian jumlah unit produk dengan angka penimbang, dan hasilnya digunakan sebagai dasar untuk alokasi.
Contoh :
Dari soal pada metode kedua (metode rata-rata biaya per satuan), diketahui bobot untuk bensin 4, pelumas 2, minyak tanah 3 dan solar 1. Alokasi biaya bersamanya sebagai berikut :

Produk
Jumlah produk
Angka penimbang
Jumlah produk x angka penimbang
Alokasi biaya bersama(2.000.000)
Bensin
350
4
1400
Rp 965.517
Pelumas
250
2
500
Rp344.826
Minyak tanah
300
3
900
Rp620.689
Solar
100
1
100
Rp. 68.966
Total
1000
2.900
Rp 2.000.000


D.    Metode unit kuantitatif / satuan fisik
Metode kuantitatif berupaya mendistribusikan total biaya gabungan berdasarkan satuan ukuran tertentu seperti kilogram, ton, liter, meter dan sebagainya.
Contoh :
Berikut adalah data produk yang dihasilkan dari satu ton batu bara yang menghabiskan biaya sebesar Rp 1.000.000 :
Produk
Kuantitas (pon)
Presentase (%)
Alokasi Biaya Bersama
Kokas
1.200
60%
Rp 600.000
Ter Batu Bara
300
15%
Rp 150.000
Gas
500
25%
Rp 250.000
Jumlah
2.000
100%
Rp 1.000.000

4. Akuntansi  Produk Sampingan (BY PRODUCT)

Dalam produk sampingan, yang menjadikan permasalahan adalah bagaimana memperlakukan pendapatan penjualan produk sampingan tersebut. Pengakuan adanya produk sampingan ini menyangkut perlakuan terhadap harga pokok produk sampingan, biaya untuk memproses produk sampingan, dan hasil penjualan produk sampingan. Alokasi biaya bersama kepada produk utama dan produk sampingan pada umumnya dianggap tidak perlu, karena nilai produk sampingan relatif rendah bila dibandingkan dengan produk utama. Tetapi dalam kenyataannya ada beberapa metode yang mengalokasikan biaya bersama kepada produk utama dan produk sampingan.
    Metode yang hanya melakukan pencatatan terhadap hasil penjualan produk sampingan, tanpa menghitung harga pokok produk sampingan tersebut (metode tanpa harga pokok / Non Cost Method). Dalam metode ini biaya-biaya produksi hanya dibebankan ke produk utama, kemudian hasil penjualan produk sampingan dicatat langsung sebagai pendapatan / pengurang terhadap biaya-biaya produksi.
Dalam metode ini terdapat beberapa cara perlakuan terhadap hasil penjualan produk sampingan sebagai berikut :
a)      Hasil penjualan produk sampingan diperlakukan sebagai pendapatan lain-lain / pendapatan diluar usaha.
b)      Hasil penjualan produk sampingan diperlakukan sebagai tambahan terhadap hasil penjualan produk utama. Dengan demikian dalam cara ini pendapatan usaha bertambah.
c)      Hasil produk sampingan diperlakukan mengurangi harga pokok penjualan.
d)      Hasil penjualan produk sampingan diperlakukan mengurangi total biaya produksi.
e)      Nilai pasar produk sampingan dikurangkan ke total biaya produksi (Metode Nilai Pasar / reversal Cost Method)

Metode yang membebankan biaya-biaya produksi ke produk utama dan produk sampingan (Metode Harga Pokok / Cost Method). Dalam metode ini biaya-biaya produksi dialokasikan baik ke produk utama maupun produk sampingan. Sedangkan harga pokok produk sampingan ditetapkan sebesar harga beli / nilai pengganti (Replacement Cost) yang berlaku di pasar. Harga pokok tersebut di kredit perkiraan “ Barang Dalam Proses Bahan Baku ”. Dengan demikian biaya produksi (bahan baku) untuk produk utama berkurang.



5.  Metode Tanpa Harga Pokok

Metode tanpa harga pokok dibagi menjadi 2 macam:
Produk sampingan dapat langsung dijual pada saat saat titik pisah (split-offpoint) atau pengakuan atas pendapatan kotor.
Metode ini memperlakukan penjualan produk sampingan berdasarkan penjualan kotor. Hal ini dilakukan karena biaya persediaan final dari produk utama dianggap terlalu tinggi sehingga menanggung biaya yang seharusnya dibebankan pada produk sampingan. Dalam metode ini penjualan atau pendapatan produk sampingan dalam laporan laba rugi dapat dikategorikan sebagai berikut :
Pendapatan Penjualan Produk Sampingan Diperlakukan Sebagai Pendapatan Di Luar Usaha.
Dalam metode ini pendapatan yang diperoleh dari penjualan produk sampingan dikurangi dengan penjualan returnya dicatat pada rekening “Pendapatan Penjualan Produk Sampingan”  dan pada akhir periode akuntansi ditutup ke rekening Rugi Laba. Rekening Penjualan Produk Sampingan dicantumkan dalam laporan rugi laba kelompok penghasilan diluar usaha.
Metode ini tidak mencoba menentukan harga pokok produk sampingan. Metode ini cocok digunakan dalam perusahaan yang:
a.  Nilai produk sampingannya tidak begitu penting atau tidak dapat ditentukan
b.  Penggunaan metode yang lebih teliti memerlukan biaya yang tidak sebanding dengan manfaat yang di peroleh.
c.  Saat terpisahnya produk sampingan dari produk utama tidak begitu jelas dan pembebanan  harga pokok produk sampingan kepada produk utama tidak sebanding dengan manfaat yang diperoleh.





Keberatan penggunaan metode ini adalah:
a.  Apabila akhir periode akuntansi terdapat persediaan produk sampingan, maka timbul     masalah penilaian persediaan untuk tujuan pembuatan neraca perusahaan.
b.  Dapat mengakibatkan penandingan pendapatan dengan biaya tidak dalam periode yang tepat.
Contoh: Diketahui data dari kegiatan operasional perusahaan “ABC” sebagai berikut:

Unit Unit Produksi Produk Utama
16.200 unit
Unit Unit Penjualan Produk Utama
13.500 unit
Unit Unit Persediaan Awal Produk Utama
        500 unit
Har  Unit  Jual per Unit
   Rp. 700
Biay Harga produksi/unit produk utama
  Rp 500
Hasi Hasil  Penjualan Produk Sampingan (2.000 x Rp 300)
Rp     Rp. 600.000
Beb  Beban Pemasaran dan Administrasi Produk Utama
Rp2       Rp 2.925.000




















PT. ABC
Laporan Laba Rugi
Periode 31 Desember 2000

Penjualan produk utama                                                              Rp 10.125.000
Harga Pokok Penjualan  :
Persediaan awal (500xRp 500)                     Rp      250.000
Total biaya produksi (16.200 x Rp 500)                    Rp   8.100.000 +
         Tersedia dijual                                              Rp   8.350.000
Persediaan akhir           (3.200 x Rp 500)      Rp   1.600.000  -
                                                                              Rp   6.750.000-
Laba Kotor                                                     Rp   3.375.000
Beban pemasaran dan administrasi               Rp   2.925.000-
Laba operasi                                                  Rp      450.000

Pendapatan lain-lain :
Pendapatan penjualan produk sampingan   Rp   600.000+
Laba sebelum pajak                                                            Rp  1.050.000

a) Pendapatan penjualan produk sampingan dijadikan sebagai pendapatan lain-lain sehingga akan menambah laba operasi secara langsung.
b)   Pendapatan penjualan produk sampingan dicatat sebagai tambahan pendapatan  penjualan produk utama.
Metode ini merupakan variasi dari metode pertama. Semua biaya produksi dikurangkan dari pendapatan penjualan semua produk (baik utama maupun sampingan) untuk mendapatkan laba bruto. Dalam metode ini tidak ada alokasi biaya bersama seperti dalam metode pertama. Dengan menggunakan data perusahaan “ABC”, maka laporan laba-rugi menggunakan metode ini akan tampak sebagai berikut:






PT. ABC
Laporan Laba Rugi
Periode 31 Desember 2000


Penjualan                                                                                                      Rp 10.125.000
Pendapatan penjualan produk sampingan                                                       Rp     600.000+
Penjualan bersih                                                                                           Rp  10 725 000

Harga Pokok Penjualan  :
Persediaan awal (500xRp 500)                                     Rp      250.000
Total biaya produksi (16.200 x Rp 500)                      Rp   8.100.000 +
Tersedia dijual                                                             Rp   8.350.000
Persediaan akhir (3.200 xRp 500)                               Rp   1.600.000 -
                                                                                                                                       Rp 6.750.000-
Laba Kotor                                                                                                      Rp  3.975.000
Beban pemasaran dan administrasi                                                                Rp  2.925.000-
Laba operasi                                                                                                   Rp  1.050.000

Dari laporan laba rugi diatas, ditampilkan Rp 600.000 dari penjualan produk sampingan sebagai tambahan penjualan produk utama. Akibatnya total pendapatan menjadi Rp 10.725.000,00. Sedangkan angka lainnya tetap sama.


c.) Pendapatan penjualan produk sampingan dicatat sebagai pengurang harga pokok penjualan.
Dari data perusahaan “ABC”, jika dibuat laporan laba-rugi dengan metode in maka  akan  menjadi:
PT. ABC
Laporan Laba Rugi
Periode 31 Desember 2000

Penjualan                                                                                               Rp 10.125.000
Harga Pokok Penjualan  :
Persediaan awal (500xRp 500)                              Rp      250.000
Total biaya produksi (16.200 x Rp 500)                 Rp   8.100.000 +
                 Tersedia dijual                                      Rp   8.350.000
Persediaan akhir (3.200 x Rp 500)                         Rp   1.600.000  -
Harga pokok penjualan                                          Rp   6.750.000
Pendapatan penjualan produk sampingan            Rp    600.000 -
                                                                                                            Rp  6.150.000  -
Laba Kotor                                                                                              Rp  3.975.000
Beban pemasaran dan administrasi                                                        Rp  2.925.000 -
Laba operasi                                                                                           Rp  1.050.000

Dalam kasus ini,
HPP = Hasil produk sampingan – harga pokok penjualan
        = Rp 600.000 – Rp 6.150.000
        = Rp 6.150.00

 (HPP sebelum dikurangkan sebesar Rp 6.750.000).


d)   Pendapatan penjualan produk sampingan dicatat sebagai pengurang total biaya produksi.
Pada metode ini, hasil penjualan produk sampingan sebesar Rp600.000 dikurangkan pada total biaya produksi sebesar Rp 8.100.000 sehingga menghasilkan biaya produksi netto sebesar Rp7.500.000. Pegurangan ini menyebabkan biaya per unit rata-rata menjadi Rp464,07 (7.500.000+250.000 : 16.700) Konsekuansinya persediaan akhir sebesar Rp 1.600.000,00 menjadi Rp1.485.024,00

PT. ABC
Laporan Laba Rugi
Periode 31 Desember 2000


Penjualan                                                                                             Rp 10.125.000
Harga Pokok Penjualan  :
Persediaan awal (500x500)                                    Rp      250.000
Total biaya produksi (16.200 x 500)                      Rp   8.100.000
Pendapatan penjualan Produk Sampingan    Rp    600.000-
                                                                                                      Rp  7.500.000+
Tersedia dijual                                                                               Rp  7.750.000
Persediaan akhir    (3.200 x 464,07)                                              Rp  1.485.024  -
                                                                                                      Rp  6.264.976 -
Laba Kotor                                                                                     Rp  3.860.024
Beban pemasaran dan administrasi                                                Rp  2.925.000 -
Laba operasi                                                                                   Rp    935.024


e.)  Metode Nilai Pasar atau Reversal Cost Method.
Metode perlakuan produk sampingan ini pada dasarnya sama dengan metode terakhir yang telah dibicarakan diatas. Ada perbedaan sedikit diantara keduanya, yaitu kalau pada metode terakhir yang dikurangkan dari total biaya produksi adalah pendapatan penjualan produk sampingan, sedangkan pada metode nilai pasar ini yang di kurangkan adalah taksiran nilai pasar produk sampingan. Metode ini mencoba menaksir biaya produk sampingan dengan titik tolak dari nilai pasarnya
Contoh:
PT. ABC
Laporan Laba Rugi
Periode 31 Desember 2000

Biaya bersama                                                                                                  Rp. 6.400.000
Taksiran pendapatan penjualan produk sampingan
            5000 Kg x Rp 80                                                                                 Rp 400.000
dikurangi dengan:
            Taksiran laba bruto 15% x Rp 400.000                        Rp 60.000
            Taksiran biaya pemasaran 5% x Rp 400.000                Rp 20.000
            Biaya pengolahan produk sampingan saat terpisah      Rp 70.000  +
                                                                                                                        Rp 150.000  -
            Taksiran  biaya produk saat terpisah                                                    Rp 250.000
Taksiran biaya tambahan setelah produk sampingan
            Terpisah dari produk utama                                                                 Rp  70.000  +
            Harga pokok produk sampingan                                         Rp 320.000

Nilai produk sampingan yang harus dikurang dari :
            Biaya bersama pada saat terpisah                                                      Rp    250.000  -
Harga pokok produk utama                                                                           Rp 6.150.000
Harga pokok produk utama persatuan                                                           Rp 153,75/ Kg
            Rp 6.150.000 : 40.000 Kg
Harga pokok produk sampingan per satuan                                          Rp     64/ Kg
            Rp    320.000 :   5.000 Kg















Produk sampingan memerlukan proses lanjutan setelah dipisah dari produk utama atau pengakuan atas pendapatan bersih.
Dalam metode ini disadari kebutuhan untuk membebankan sebagian biaya ke produksi sampingan. Tetapi bukan berarti mengalokasikan biaya produk utama ke produk sampingan. Biaya pemrosesan dan pemasaran produk sampingan setelah pemisahan dicatat dalam perkiraan yang berbeda dengan produk utama. Angka-angka yang ada tetap akan diperhitungkan didalam laporan laba-rugi sesuai dengan metode yang ada pada metode pertama. Ayat jurnal dalam metode ini juga terdiri atas pembebanan biaya setelah pemisahan (proses lanjutan) terhadap hasil penjualan produk sampingan. Beban pemasaran dan administrasi juga dialokasikan kedalam produk sampingan sesuai tarif yang telah direncanakan sebelumnya.
Dalam metode ini hasil penjualan bersih produk sampingan dapat dihitung, yaitu :

Penjualan/pendapatan produk sampingan                           Rp xxxxxx
Biaya proses lanjutan produk sampingan                Rp xxxxxx
Biaya pemasaran dan biaya administrasi                 Rp xxxxxx +
                                                                                            Rp xxxxxx  +
Penjualan/ Pendapatan Bersih Produk Sampingan                Rp xxxxxx


Pendapatan bersih produk sampingan inilah yang nantinya akan dimaksukkan pada perhitungan laporan laba-rugi.
Seperti metode pertama, dalam menghitung harga pokok produk sampingan metode kedua juga bisa dilkaukan dengan metode-metode yang ada pada metode pertama, yaitu:
1.   Diperlakukan sebagai penghasilan diluar usaha atau pendapatan lain-lain.
2.   Diperlakukan sebagai penambah penjualan atau pendapatan produk utama.
3.   Diperlakukan sebagai pengurang harga pokok penjualan.
4.   Diperlakukan sebagai pengurang biaya produksi.

7.  Metode Harga Pokok
Dalam metode ini pengalokasian biaya produk sampingan hampir sama dengan produk bersama yaitu sebagian biaya bersama dialokasikan kepada produk sampingan dan menentukan harga pokok persediaan produk sampingan dengan biaya yang dialokasikan tersebut.
a.    Metode Biaya Pengganti (Replacement Cost Method)
Metode ini biasanya digunakan dalam perusahaan yang produk sampingannya dipakai dalam pabrik sebagai bahan baku atau bahan penolong. Harga pokok yang diperhitungkan dalam produk sampingan adalah sebesar harga beli atau biaya pengganti yang berlaku dipasar. Jumlah ini kemudian dikreditkan pada rekening barang dalam proses – biaya bahan baku, sehingga mengurangi biaya produksi produk utama. pengurangan biaya produksi produk utama ini akan mengakibatkan harga pokok persatuan persediaan produk utama menjadi lebih rendah.
Contoh:
Diketahui data berikut ini:
Jumlah biaya produksi untuk 18.000 Kg produk utama                                                   
Rp 27.000
Pendapatan penjualan produk utama 15.000 x Rp 3,00                                                
 Rp 45.000
Biaya pengganti produk sampingan yg digunakan dlm pengolahan produk utama           
 Rp   1.800
Biaya pemasaran dan administrasi & umum                                                                   
Rp   4.000
Persediaan akhir produk utama                                                                                     
3.000















PT. ABC
Laporan Laba Rugi
Periode 31 Desember 2014


Pendapatan penjualan produk utama                                                          Rp 45.000
Harga pokok penjualan:
            Biaya Produksi (18.000 Kg produk utama)                  Rp 27.000
Dikurangi: biaya pengganti produk sampingan                      Rp   1.800  -
                                                                                                                                     Rp 25.200
Dikurangi: Persediaan akhir 3.000 Kg x (Rp 25.200 : 18.000)                   Rp   4.200  -
                                                                                                                                    Rp  21.000 
Laba bruto                                                                                                      Rp  24.000
Biaya pemasaran dan Administrasi & Umum                                              Rp   4.000 -
Laba bersih sebelum PPh                                                                               Rp  20.000














BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Produk Bersama ialah  Biaya sejak awal proses, meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik,yang dikeluarkan untuk mengelola beberapa jenis produk , Produk Sampingan (By Product) adalah produk yang bernilai total relatif kecil dan diproduksi secara berbarengan dengan produk yang bernilai lebih besar. Produk yang nilainya lebih besar biasa disebut dengan produk utama. Contoh produk sampingan adalah penggilingan padi yang dapat menghasilkan beras mempunyai sisa dalam bentuk dedak. Beras merupakan produk utama sedangkan dedak produk sampingan. Dalam Produk Bersama (Joint-Product) Perusahaan pada umumnya menghadapi masalah pemasaran berbagai macam produknya, karena masing-masing produk mempunyai masalah pemasaran dan harga jual yang berbeda. Manajemen biasanya ingin mengetahui kontribusi masing-masing produk pada pendapatan perusahan. Oleh karena itu, perlu diketahui secara teliti biaya yang dibebankan pada masing-masing produk sebagai dasar perhitungan harga pokok setiap produk.

Manfaat menghitung alokasi biaya dalam produk bersama adalah:
1.   Menghitung harga pokok dan menentukan nilai persediaan untuk tujuan pelaporan keuangan internal dan eksternal.
2.   Menilai persediaan untuk tujuan asuransi.
3.   Menentukan nilai persediaan jika terjadi kerusakan terhadap nilai barang yang rusak.
4.   Biaya bahan yang hancur.
5.   Menetukan biaya departemen atau divisi untuk tujuan pengukuran kinerja eksekutif.
6.   Pengaturan tarif karena adanya sebagian produk atau jasa yang diproduksi dikenakan peraturan harga.
7.   Mengetahui besarnya kontribusi masing-masing produk bersama terhadap total pendapatan perusahaan.
8.   Mengetahui seluruh biaya produksi yang dibebankan ke masing-masing produk bersama

Biaya produk bersama dialokasikan ke setiap produk bersama menggunakan metode nilai pasar, rata-rata biaya per satuan, rata-rata tertimbang dan unit kuantitatif .
Sedangkan, Akuntansi/perhitungan untuk produk sampingan yaitu dengan metode yang hanya melakukan pencatatan terhadap hasil penjualan produk sampingan, tanpa menghitung harga pokok produk sampingan tersebut (metode tanpa harga pokok / Non Cost Method). Dalam metode ini biaya-biaya produksi hanya dibebankan ke produk utama, kemudian hasil penjualan produk sampingan dicatat langsung sebagai pendapatan / pengurang terhadap biaya-biaya produksi.
Dalam metode ini terdapat beberapa cara perlakuan terhadap hasil penjualan produk sampingan sebagai berikut :
a)      Hasil penjualan produk sampingan diperlakukan sebagai pendapatan lain-lain / pendapatan diluar usaha.
b)      Hasil penjualan produk sampingan diperlakukan sebagai tambahan terhadap hasil penjualan produk utama.
c)      Hasil produk sampingan diperlakukan mengurangi harga pokok penjualan.
d)      Hasil penjualan produk sampingan diperlakukan mengurangi total biaya produksi.
e)      Nilai pasar produk sampingan dikurangkan ke total biaya produksi (Metode Nilai Pasar / reversal Cost Method)
Serta metode yang membebankan biaya-biaya produksi ke produk utama dan produk sampingan (Metode Harga Pokok / Cost Method). Dalam metode ini biaya-biaya produksi dialokasikan baik ke produk utama maupun produk sampingan. Sedangkan harga pokok produk sampingan ditetapkan sebesar harga beli / nilai pengganti (Replacement Cost) yang berlaku di pasar. Harga pokok tersebut di kredit perkiraan “ Barang Dalam Proses Bahan Baku ”. Dengan demikian biaya produksi (bahan baku) untuk produk utama berkurang.

3.2  Saran

Suatu perusahaan  sebaiknya mulai  mempertimbangkan suatu kebijakan didalam perusahaannya didalam menghitung berbagai produk yang dihasilkan serta dapat  menggunakan  metode  sistem Akuntansi Produk Bersama dan Akuntansi Produk Sampingan. Karena  dengan  menggunakan metode-metode  tersebut akan diperoleh informasi maupun data keuangan serta harga pokok produksi yang lebih akurat, efisien dan lebih efektif.